1. Pengertian
Belajar
Menurur
Gagne dalam Kokom Komalasari (2011:2) mendefinisikan
belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan
kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan
kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja).
Sedangkan
menurut Harold Spears dalam Agus Suprijono (2009:2) mendefinisikan
belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu. Pada hakikatnya, belajar adalah suatu
aktifitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (Behavioral Change) pada diri individu yang belajar. Adapun proses
belajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru.
Hasil belajar yang maksimal dapat pula di
peroleh lewat interaksi antara siswa
dengan sumber – sumber belajar lainnya.
Menurut
Mudhofir dalam Yudhi Munadi (2008:37) menyebutkan
bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen system instruksional
yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkingan yang mana hal
itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa (peserta didik). Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (siswa) dan memungkinkan
(memudahkan) terjadinya proses belajar.
Pendapat di
atas sejalan dengan
pernyataan Edgar Dale dalam
Yudhi Munadi (3008:37) bahwa sumber belajar adalah pengalaman – pengalaman yang pada dasarnya sangat
luas yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatuyang dapat dialami dan
dapat menimbulkan peristiwa belajar. Maksudnya adalah perubahan tingkah laku ke
arah yang sempurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya
mencakup pengetahuan, tetapi juga ketrampilan untuk hidup, serta dalam proses
pembelajaran tidak hanya di
dominasi oleh aktifitas menghafal, tetapi juga melakukan, mengamati, membaca,
dan ikut menyimpulkan.
2. Prinsip – prinsip Belajar
Proses
belajar itu kompleks sekali, tetapi juga dapat dianalisis dan diperinci dalam
bentuk azaz-azaz atau prinsip-prinsip belajar. Menurut Abu Ahmadi (1986 : 14)
prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:
(a)
Belajar
harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk
mencapai harapan-harapannya.
(b)
Belajar
memerlukan bimbingan. Baik bimbingan dari guru atau buku pelajaran itu sendiri.
(c)
Belajar
memerlukan atas hal-hal yang di pelajari sehingga memperoleh
pengertian-pengertian.
(d) Belajar memerlukan latihan dan ulangan
agar apa yang telah dipelajari dapat dikuasainya.
(e)
Belajar
adalah suatu prosesaktif dimana saling terjadi pengaruh secara dinamis antara
murid dengan lingkungannya.
(f)
Belajar
harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
Selain
itu prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam belajar antara lain:
(a)
Prinsip Kesiapan
Tingkat keberhasilan belajar tergantung pada kesiapan
pelajar. Apakah siswa sudah siap dalam mengkonsentrasikan pikiran, atau apakah
kondisi fisiknya sudah siap untuk belajar.
(b)
Prinsip Asosiasi
Tingkat keberhasilan belajar juga tergantung pada kemampuan
belajar mengasosiasikan atau menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan
apa yang sudah ada dalam ingatannya.
(c)
Prinsip Latihan
Pada dasarnya melakukan
sesuatu itu perlu berulang–ulang, baik
mempelajari pengetahuan maupun keterampilan.
(d)
Prinsip Efek (Akibat)
Situasi emosional pada saat belajar akan mempengaruhi hasil
belajarnya. Situasi emosional tersebut dapat disimpulkan sebagai perasaan
senang atau tidak senang dalam proses belajar.
3. Tipe-tipe Belajar
Menurut
Gagne dalam Syaiful Gala (2005:20),
belajar mempunyai delapan tipe. Kedelapan tipe tersebut merupakan prasyarat
bagi tipe belajar diatasnya. Tipe belajar yang dikemukakan Gagne pada
hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun
mengajar. Kedelapan tipe itu adalah :
(a)
Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan respon bersyarat. Seperti
menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tak bicara. Lambaian
tangan, isyarat untuk dating mendekat. Menutup mulut dengan telunjuk merupakan
isyarat, sedangkan diam dan dating merupakan respon. Tipe belajar seperti ini
dilakukan engan merespon atau isyarat, jadi respon yang dilakukan bersifat
umum, kabur dan emosional.
(b) Belajar Stimulus-Respon (Stimulus Respon Learning)
Berbeda dengan
bahasa isyarat, respon
bersifat umum, kabur, dan emosional. Tipe
belajar S – R, respon bersifat spesifik. 2 x 3 = 6
adalah bentuk suatu hubungan S – R. Mencium bau masakan sedap, keluar
air liur, itu pun ikatan S – R. Jadi belajar stimulus-respon sama dengan teori asosiasi.
(c)
Belajar Rangkaian (Chaining)
Rangkaian atau
rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antara berbagai S – R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian
motorik, seperti dalam mengikat tali sepatu, makan-minum, merokok, atau gerakan
verbal, seperti selamat tinggal, bapak ibu, dan sebagainya.
(d) Asosiasi Verbal (Verbal
Assosiation)
Suatu kalimat, “kotak pensil itu berbangun balok” adalah contoh asosiasi verbal.
Seseorang dapat menyatakan bahwa kotak pensil berbentuk balok kalau ia
mengetahui berbagai bangun seperti kubus, limas atau kerucut, Hubungan atau
asosiasi verbal terbentuk bila unsur – unsurnya terdapat dalam urutan tertentu dan yang satu
mengikuti yang lain.
(e)
Belajar
Membedakan atau Diskriminasi (DiscriminationLearning)
Adalah suatu tipe belajar yang menghasilkan kemampuan
membedakan berbagai gejala. Siswa dapat membedakan manusia yang satu dengan
yang lain, juga tanaman, hewan dan lain-lain.
(f)
Belajar
Konsep (Concept Learning)
Yaitu corak belajar yang dilakukan dengan menentukan
cirri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai
objek.
(g) Belajar Aturan (Rule Learning)
Tipe belajar ini terjadi dengan cara mengumpulkan sejumlah
sifat kejadian yang kemudian tersusun dalam berbagai macam aturan.
Aturan-aturan ini jadinya tersusun dari kejadian-kejadian yang khusus dapatdapat disebut sebagai hukum, dalil,
kaidah, rumus dan lain sebagainya.
(h)
Belajar Memecahkan Masalah (Problem
Solving)
Tipe belajar ini adalah yang paling kompleks, karena
didalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama penggunaan
aturan-aturan yang ada disertai proses analisis dan penyimpulan.
4. Hasil Belajar
Menurut Suprijono, (2010: 5) Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilainilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. merujuk
pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
1.
Informasi verbal yaitu
kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun
tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2.
Keterampilan
intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
3.
Strategi kognitif
yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
4.
Keterampilan motorik
yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5.
Sikap adalah kemampuan
menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Winarni (2011: 138) Hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Menurut
sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan dari sisi guru, hasil merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan suatu pencapaian
kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Hasil
belajar dapat dilihat dari nilai tes siswa, lembar penilaian afektif, dan
psikomotor.
Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu
faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor dalam diri siswa yang mencakup faktor fisiologis yaitu kondisi fisik dan panca indera, minat, bakat, ecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor dari luar diri siswa, misalnya faktor lingkungan, saran, dan fasilitas administrasi.
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor dalam diri siswa yang mencakup faktor fisiologis yaitu kondisi fisik dan panca indera, minat, bakat, ecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor dari luar diri siswa, misalnya faktor lingkungan, saran, dan fasilitas administrasi.
Anderson dan Krathwolh (Winarni, 2011: 139) membagi ranah
kognitif meliputi dua dimensi, yaitu kognitif proses dan kognitif produk.
Kognitif proses terdiri dari enam aspek yakni, ingatan (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan aspek kreasi atau mencipta
(C6).
1)
Proses mengingat,
yaitu mengambil pengetahuan dari ingatan jangka panjang. Proses
mengingat dapat dilakukan melalui mengenali dan mengingat kembali tentang
waktu, kejadian dan peristiwa- peristiwa penting.
2)
Proses memahami, yaitu
mengkonstruk makna dari berbagai informasi yang ditangkap oleh panca indera.
3)
Proses
mengaplikasikan, yaitu menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan
tertentu, misalnya mengeksekusi dan mengimplementasikan.
4)
Proses menganalisis,
yaitu kemampuan untuk membagi materi menjadibagian-bagian penyusunnya dan
menentukan hubungan antarbagian dengan bagian lain serta antara antarbagian
dengan keseluruhan struktur.
5)
Proses mengevaluasi,
yaitu proses mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar. Proses
kognitif mengevaluasi mencakup: (a) memeriksakesimpulan seorang ilmuwan atau
teori sesuai dengan data-data hasil pengamatan atau tidak, dan (b) mengkritisi:
menentukan satu metode terbaik dari dua metode untuk menyelesaikan suatu
masalah.
6)
Proses mencipta, yaitu
dengan memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren
atau untuk membuat suatu produk (konkrit dan atau abstrak) yang orisinal.
Proses mencipta meliputi: (a) merumuskan hipotesis tentang sebab-sebab
terjadinya suatu fenomena, (b) merencanakan kegiatan atau proposal penelitian
tentang topik tertentu, dan (c) memproduksi.
Winarni (2011: 141) menyatakan ranah afektif berkenaan
dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni; (1) aspek menerima, (2) aspek
menanggapi, (3) aspek menilai, (4) aspek mengelola, dan (5) aspek menghayati.
Lebih lanjut dijelaskan yakni : (1) Aspek menerima adalah kepekaan seseorang
dalam menerima rangsangan (stimulus)
dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan
lain-lain. (2) Aspek menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengikut sertakan dirinya secara
aktif dalam fenomena tertentu (3) Aspek
menilai adalah kemampuan siswa dalam memberikan penghargaan terhadap suatu
kegiatan atau obyek (4) Aspek mengelola adalah kemampuan siswa dalam mengatur
dan memadukan serta mempertemukan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada
perbaikan umum (5) Aspek menghayati
adalah kemampuan siswa dalam melakukan latihan diri untuk mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Sedangkan
ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada
empat aspek psikomotor yakni, (1) aspek menirukan adalah keterampilan siswa
dalam mengkonstruksi atau menirukan langkah kerja kegiatan yang dilakukan, (2)
aspek memanipulasi adalah keterampilan siswa dalam mengoreksi hasil kerja suatu
kegiatan, (3) aspek
pengalamiahan adalah keterampilan siswa dalam
mengoperasikan suatu kegiatan yang dilakukan, dan (4) aspek artikulasi adalah
keterampilan siswa dalam mempertajam dan melaporkan hasil suatu kegiatan.
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai
siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan
dan keterampilan. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai ranah kognitif,
psikomotor, dan ranah afektif. Selain itu hasil belajar adalah segala
pengetahuan yang berguna bagi siswa
dalam kehidupan sehari- hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif
dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri
sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
5. Aktivitas Belajar
Pengertian aktivitas menurut para ahli:
a.
Menurut Anton M. Mulyono, aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi
segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
b.
Menurut W.J.S.
Poewadarminto aktifitas
adalah kegiatan atau kesibukan.
c.
Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan
baik secara jasmani atau rohani.
Pengertian
belajar menurut para ahli:
d.
Menurut Hamalik, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut
adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
e.
Menurut Sardiman A.M, belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri
manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep
ataupun teori.
f.
Menurut H. Carl. Witherington
dalam bukunya Drs.Mahfud Shalahuddin yang berjudul "pengantar psikologi
pendidikan", belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian, yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap,kebiasaan,kepandaian,
atau suatu pengertian.
g.
Menurut Hilgard dalam bukunya
S. Nasution, yang berjudul Dedaktik Asas-Asas Belajar, belajar adalah proses yang melahirkan atau
mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau
dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh
faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.
Keaktifan siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi
siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan
ciri-ciri perilaku seperti sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi
tugas belajar, dan lain sebagainya.
Seorang pakar pendidikan, Trinandita
(1984 : 27) menyatakan bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam
proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa
ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas
menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas ang timbul dari siswa akan
mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah
pada peningkatan prestasi.
0 on: "Pengertian Belajar"