Advertising

Monday, 18 April 2016

Pengertian Belajar


1.  Pengertian Belajar

Menurur Gagne dalam Kokom Komalasari (2011:2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja).


Sedangkan menurut Harold Spears dalam Agus Suprijono (2009:2) mendefinisikan belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Pada hakikatnya, belajar adalah suatu aktifitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (Behavioral Change) pada diri individu yang belajar. Adapun proses belajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru. Hasil  belajar yang maksimal dapat pula di peroleh lewat interaksi antara siswa dengan sumber sumber belajar lainnya.

Menurut Mudhofir dalam Yudhi Munadi (2008:37) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen system instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkingan yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa (peserta didik). Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (siswa) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
Pendapat  di  atas  sejalan  dengan  pernyataan  Edgar  Dale dalam Yudhi Munadi (3008:37) bahwa sumber belajar adalah pengalaman pengalaman yang pada dasarnya sangat luas yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatuyang dapat dialami dan dapat menimbulkan peristiwa belajar. Maksudnya adalah perubahan tingkah laku ke arah yang sempurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga ketrampilan untuk hidup, serta dalam proses pembelajaran tidak hanya di dominasi oleh aktifitas menghafal, tetapi juga melakukan, mengamati, membaca, dan ikut menyimpulkan.

2. Prinsip prinsip Belajar

Proses belajar itu kompleks sekali, tetapi juga dapat dianalisis dan diperinci dalam bentuk azaz-azaz atau prinsip-prinsip belajar. Menurut Abu Ahmadi (1986 : 14) prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:
(a)    Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya.
(b)    Belajar memerlukan bimbingan. Baik bimbingan dari guru atau buku pelajaran itu sendiri.
(c)    Belajar memerlukan atas hal-hal yang di pelajari sehingga memperoleh pengertian-pengertian.
(d)   Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa yang telah dipelajari dapat dikuasainya.
(e)   Belajar adalah suatu prosesaktif dimana saling terjadi pengaruh secara dinamis antara murid dengan lingkungannya.

(f)   Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.


Selain itu prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam belajar antara lain:
(a) Prinsip Kesiapan
Tingkat keberhasilan belajar tergantung pada kesiapan pelajar. Apakah siswa sudah siap dalam mengkonsentrasikan pikiran, atau apakah kondisi fisiknya sudah siap untuk belajar.

(b) Prinsip Asosiasi
Tingkat keberhasilan belajar juga tergantung pada kemampuan belajar mengasosiasikan atau menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang sudah ada dalam ingatannya.

(c) Prinsip Latihan
Pada dasarnya   melakukan   sesuatu   itu   perlu berulangulang,  baik  mempelajari  pengetahuan  maupun keterampilan.
(d) Prinsip Efek (Akibat)
Situasi emosional pada saat belajar akan mempengaruhi hasil belajarnya. Situasi emosional tersebut dapat disimpulkan sebagai perasaan senang atau tidak senang dalam proses belajar.


3. Tipe-tipe Belajar


Menurut Gagne dalam Syaiful Gala (2005:20), belajar mempunyai delapan tipe. Kedelapan tipe tersebut merupakan prasyarat bagi tipe belajar diatasnya. Tipe belajar yang dikemukakan Gagne pada hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun mengajar. Kedelapan tipe itu adalah :
(a) Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan respon bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk dating mendekat. Menutup mulut dengan telunjuk merupakan isyarat, sedangkan diam dan dating merupakan respon. Tipe belajar seperti ini dilakukan engan merespon atau isyarat, jadi respon yang dilakukan bersifat umum, kabur dan emosional.

(b) Belajar Stimulus-Respon (Stimulus Respon Learning)

Berbeda  dengan  bahasa  isyarat,  respon  bersifat umum, kabur, dan emosional. Tipe belajar S R, respon bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itu pun ikatan S R. Jadi belajar stimulus-respon sama dengan teori asosiasi.
(c) Belajar Rangkaian (Chaining)
Rangkaian  atau  rantai  dalam  chaining  adalah semacam rangkaian antara berbagai S R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti dalam mengikat tali sepatu, makan-minum, merokok, atau gerakan verbal, seperti selamat tinggal, bapak ibu, dan sebagainya.
(d) Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)

Suatu kalimat, “kotak pensil itu berbangun balok” adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa kotak pensil berbentuk balok kalau ia mengetahui berbagai bangun seperti kubus, limas atau kerucut, Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk bila unsur unsurnya terdapat dalam urutan tertentu dan yang satu mengikuti yang lain.
(e)    Belajar Membedakan atau Diskriminasi (DiscriminationLearning)

Adalah suatu tipe belajar yang menghasilkan kemampuan membedakan berbagai gejala. Siswa dapat membedakan manusia yang satu dengan yang lain, juga tanaman, hewan dan lain-lain.

(f)    Belajar Konsep (Concept Learning)
Yaitu corak belajar yang dilakukan dengan menentukan cirri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai objek.

(g) Belajar Aturan (Rule Learning)
Tipe belajar ini terjadi dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian tersusun dalam berbagai macam aturan. Aturan-aturan ini jadinya tersusun dari kejadian-kejadian yang khusus dapatdapat disebut sebagai hukum, dalil, kaidah, rumus dan lain sebagainya.
(h) Belajar Memecahkan Masalah (Problem Solving)
Tipe belajar ini adalah yang paling kompleks, karena didalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama penggunaan aturan-aturan yang ada disertai proses analisis dan penyimpulan.

4.      Hasil Belajar

Menurut Suprijono, (2010: 5) Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilainilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. merujuk
pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
1.      Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2.      Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
3.      Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
4.      Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5.      Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. 

Menurut Winarni (2011: 138) Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Menurut sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan suatu pencapaian kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai tes siswa, lembar penilaian afektif, dan psikomotor.
Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor dalam diri siswa yang mencakup faktor fisiologis yaitu kondisi fisik dan panca indera, minat, bakat, ecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor dari luar diri siswa, misalnya faktor lingkungan, saran, dan fasilitas administrasi.

Anderson dan Krathwolh (Winarni, 2011: 139) membagi ranah kognitif meliputi dua dimensi, yaitu kognitif proses dan kognitif produk. Kognitif proses terdiri dari enam aspek yakni, ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan aspek kreasi atau mencipta (C6).
1)      Proses mengingat, yaitu mengambil pengetahuan dari ingatan jangka panjang. Proses mengingat dapat dilakukan melalui mengenali dan mengingat kembali tentang waktu, kejadian dan peristiwa- peristiwa penting.
2)      Proses memahami, yaitu mengkonstruk makna dari berbagai informasi yang ditangkap oleh panca indera. 
3)      Proses mengaplikasikan, yaitu menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu, misalnya mengeksekusi dan mengimplementasikan.
4)      Proses menganalisis, yaitu kemampuan untuk membagi materi menjadibagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan antarbagian dengan bagian lain serta antara antarbagian dengan keseluruhan struktur.
5)      Proses mengevaluasi, yaitu proses mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar. Proses kognitif mengevaluasi mencakup: (a) memeriksakesimpulan seorang ilmuwan atau teori sesuai dengan data-data hasil pengamatan atau tidak, dan (b) mengkritisi: menentukan satu metode terbaik dari dua metode untuk menyelesaikan suatu masalah. 
6)      Proses mencipta, yaitu dengan memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk (konkrit dan atau abstrak) yang orisinal. Proses mencipta meliputi: (a) merumuskan hipotesis tentang sebab-sebab terjadinya suatu fenomena, (b) merencanakan kegiatan atau proposal penelitian tentang topik tertentu, dan (c) memproduksi.

Winarni (2011: 141) menyatakan ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni; (1) aspek menerima, (2) aspek menanggapi, (3) aspek menilai, (4) aspek mengelola, dan (5) aspek menghayati. Lebih lanjut dijelaskan yakni : (1) Aspek menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan  (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. (2) Aspek menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk  mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu  (3) Aspek menilai adalah kemampuan siswa dalam memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek (4) Aspek mengelola adalah kemampuan siswa dalam mengatur dan memadukan  serta mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum  (5) Aspek menghayati adalah kemampuan siswa dalam melakukan latihan diri untuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.  Sedangkan ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada empat aspek psikomotor yakni, (1) aspek menirukan adalah keterampilan siswa dalam mengkonstruksi atau menirukan langkah kerja kegiatan yang dilakukan, (2) aspek memanipulasi adalah keterampilan siswa dalam mengoreksi hasil kerja suatu kegiatan, (3) aspek pengalamiahan adalah keterampilan siswa dalam mengoperasikan suatu kegiatan yang dilakukan, dan (4) aspek artikulasi adalah keterampilan siswa dalam mempertajam dan melaporkan hasil suatu kegiatan.

Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai ranah kognitif, psikomotor, dan ranah afektif. Selain itu hasil belajar adalah segala pengetahuan yang berguna bagi  siswa dalam kehidupan sehari- hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5.      Aktivitas Belajar

Pengertian aktivitas menurut para ahli:
a.       Menurut Anton M. Mulyono, aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
b.      Menurut W.J.S. Poewadarminto aktifitas adalah kegiatan atau kesibukan.
c.       Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.

   Pengertian belajar menurut para ahli:
d.      Menurut Hamalik, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
e.        Menurut Sardiman A.M, belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.
f.       Menurut H. Carl. Witherington dalam bukunya Drs.Mahfud Shalahuddin yang berjudul "pengantar psikologi pendidikan", belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian, yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap,kebiasaan,kepandaian, atau suatu pengertian.
g.      Menurut Hilgard dalam bukunya S. Nasution, yang berjudul Dedaktik Asas-Asas Belajar, belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984 : 27) menyatakan bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas ang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

0 on: "Pengertian Belajar"