1.
Pengertian
Aktivitas Belajar
v
Pengertian aktivitas menurut para ahli:
a. Menurut
Anton M. Mulyono, aktivitas
artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu
aktifitas.
b. Menurut W.J.S. Poewadarminto aktifitas adalah kegiatan
atau kesibukan.
c. Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani
Pengertian
belajar menurut para ahli:
d. Menurut
Oemar Hamalik, belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi
pekerti dan sikap.
e. Menurut Sardiman
A.M, belajar
merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang
mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.
f. Menurut H. Carl. Witherington dalam bukunya Drs.Mahfud
Shalahuddin yang berjudul "pengantar psikologi pendidikan", belajar adalah suatu perubahan
di dalam kepribadian, yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi
yang berupa kecakapan, sikap,kebiasaan,kepandaian, atau suatu pengertian.
g. Menurut Hilgard dalam bukunya S. Nasution, yang berjudul Dedaktik Asas-Asas Belajar, belajar adalah
proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan
(apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari
perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.
Dari pengertian-pengertian para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan suatu
proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan
perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sedangkan belajar
aktif merupakan suatu
sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara
aspek koqnitif, afektif dan psikomotor.
Keaktifan
siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya
keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering bertanya kepada guru atau
siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab
pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
Seorang
pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan bahwa ” hal yang paling mendasar
yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat
melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan
mengarah pada peningkatan prestasi.
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam
interaksi belajar-mengajar. Dalam
aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan
ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama
aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu
jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang
sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses
konstruksi
pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas belajar diperlukan
aktivitas,
sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi
melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.
2. Klasifikasi Aktivitas Belajar
Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan
siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti
pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut Paul B. Dierich (dalam Sardiman,
2004: 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai
berikut:
1. Kegiatan- kegiatan visual
(Visual
activities).
Membaca, melihat gambar-gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja
dan bermain.
2. Kegiatan- kegiatan lisan
(oral/ Oral
Activities)
Mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan
mendengarkan
(Listening
Activities).
Mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan,
mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan
Menulis (Writing
Activities).
Menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan
menggambar
(Drawing
Activities).
Menggambar, membuat grafik, chart,
diagram, peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan
motorik (Motor Activities).
Melakukan percobaan, memilih
alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,
menari dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan
mental
(Mental
Activities).
mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan- kegiatan emosional (Emotional
Activities), seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun,
berani,
tenang.
Penjabaran
dari aktivitas- aktivitas belajar di atas adalah sebagai berikut.
1.
Mendengarkan
Mendengarkan
adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti
ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah,
maka setiap siswa atau mahasiswa diharuskan mendengarkan apa yang guru (dosen)
sampaikan. Tidak dapat disangkal bahwa aktivitas mendengarkan adalah aktivitas
belajar yang diakui kebenarannya dalam dunia pendidikan dan pengajaran dalam
pendidikan formal persekolahan, ataupun non-formal.
2.
Memandang
Memandang
adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan
erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang peranan
penting. Dalam pendidikan, aktivitas memandang terrnasuk dalam kategori
aktivitas belajar. Tapi perlu diingat bahwa tidak semua
aktivitas memandang berarti belajar. Aktivitas memandang dalam arti belajar di
sini adalah aktivitas memandang yang bertujuan sesuai dengan kebutuhan untuk
mengadakan perubahan tingkah laku yang positif. Aktivitas memandang tanpa
tujuan bukanlah termasuk perbuatan belajar. Meski pandangan tertuju pada suatu
objek, tetapi tidak adanya tujuan yang ingin dicapai, maka pandangan yang
demikian tidak termasuk belajar.
3.
Meraba, membau, dan mencicipi/ mengecap
Aktivitas
meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebagai
alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas meraba, membau, dan mengecap
dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Tentu saja
aktivitasnya harus disadari oleh suatu tujuan. Dengan demikian,
aktivitas-aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas mengecap dapat
dikatakan belajar, apabila semua aktivitas itu didorong oleh kebutuhan,
motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku.
4.
Menulis atau mencatat
Menulis
atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar.
Tetapi tidak setiap mencatat adalah belajar. Aktivitas mencatat yang bersifat
menurut, menciplak atau mengcopy tidak dapat dikatakan sebagai aktivitas
belajar. Mencatat yang termasuk sebagai aktivitas belajar yaitu apabila dalam
mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan
seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan
belajar. Dalam mencatat tidak sekadar mencatat, tetapi mencatat yang dapat
menunjang pencapaian tujuan belajar. Catatan
sangat berguna untuk menampung sejumlah informasi, yang tidak hanya bersifat
fakta-fakta, melainkan juga terdiri atas materi hasil analisis dari bahan
bacaan.
5.
Membaca
Aktivitas
membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah
atau di perguruan tinggi. Membaca di sini tidak mesti membaca buku belaka,
tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian,
catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan
kebutuhan studi. Kalau belajar adalah untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu
pengetahuan. Ini berarti untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tidak ada cara lain
yang harus dilakukan kecuali memperbanyak membaca.
Cara
dan teknik seseorang dalam membaca selalu menunjukkan perbedaan pada hal-hal
tertentu. Oleh karena itu, wajarlah bila belajar itu suatu seni, sama halnya
mengajar adalah seni (teaching as an art). Ada orang yang membaca buku sambil
tidur-tiduran dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku sambil
mendengarkan radio dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku tanpa
suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku dengan suara dapat
belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku di antara keributan dapat
belajar dengan baik, dan sebagainya. Pendek kata, orang membaca buku dengan
berbagai cara agar dapat belajar. Dengan demikian, pemahaman atas diri sendiri
sangat penting, sehingga dapat memilih teknik yang mana yang lebih sesuai
dengan karakteristik pribadi, dengan tidak mengabaikan pola-pola umum dalam
belajar.
6.
Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi
Banyak
orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan
ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang
dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk
masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun
juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal
yang penting perlu diberi garis bawah (underlining). Hal ini sangat membantu
dalam usaha menemukan kembali materi itu di kemudian hari, bila diperlukan.
7.
Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan
Dalam
buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai table-tabel, diagram, ataupun
bagan-bagan. Materi non-verbal semacam ini sangat berguna bagi seseorang dalam
mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan
lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman seseorang
tentang sesuatu hal. Semua
tabel, diagram, dan bagan dihadirkan di buku tidak lain adalah dalam rangka
memperjelas penjelasan yang penulis uraikan. Dengan menghadirkan tabel,
diagram, atau bagan dapat menumbuhkan pengertian dalam waktu yang relatif
singkat.
8.
Menyusun paper atau kertas kerja
Dalam
menyusun paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus metodologis dan sistematis.
Metodologis artinya menggunakan metode¬metode tertentu dalam penggarapannya.
Sistematis artinya menggunakan kerangka berpikir yang logis dan kronologis.
9.
Mengingat
Mengingat
adalah salah satu aktivitas. Ingatan adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan
(learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal
yang telah lampau. Jadi, mengenai ingatan tersebut ada tiga fungsi, yaitu:
memasukkan, menyimpan, dan mengangkat kembali ke alam sadar. Ingatan (memory) seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu sifat seseorang, alam sekitar, keadaan jasmani, keadaan rohani
(jiwa), dan umur seseorang.
10.
Berpikir
Berpikir
adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan
baru, setidak-tidaknya orang meniadi tahu tentang hubungan antara sesuatu.
Berpikir bukanlah sembarang berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf
berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi.
11.
Latihan atau praktek
Learning
by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya penyatuan usaha
mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal
ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan.
Misalnya, seseorang yang mempelajari rumus matematika atau rumus bahasa
Inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu akan mudah terlupakan bila tidak
didukung dengan latihan. Di sinilah diperlukan latihan sebanyak-banyaknya.
Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan
demikian, aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang optimal.
0 on: "Aktivitas Belajar Siswa"