Air adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di bumi. Secara umum banyaknya air yang ada di planet ini adalah sama walaupun manusia, binatang dan tumbuhan banyak menggunakan air untuk kebutuhan hidupnya. Jumlah air bersih sepertinya tidak terbatas, namun sebenarnya air mengalami siklus hidrologi di mana air yang kotor dan bercampur dengan banyak zat dibersihkan kembali melalui proses alam.
Proses siklus hidrologi berlangsung terus-menerus yang membuat air menjadi sumber daya alam yang terbaharui. Jumlah air di bumi sangat banyak baik dalam bentuk cairan, gas / uap, maupun padat / es. Jumlah air seakan terlihat semakin banyak karena es di kutub utara dan kutub selatan mengalami pencairan terus-meners akibat pemanasan global bumi sehingga mengancam kelangsungan hidup manusia di bumi.
Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi :
A. Siklus Pendek / Siklus Kecil
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan
3. Turun hujan di permukaan laut
B. Siklus Sedang
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi
3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
4. Pembentukan awan
5. Turun hujan di permukaan daratan
6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali
C. Siklus Panjang / Siklus Besar
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Uap air mengalami sublimasi
3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es
4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat
5. Pembentukan awan
6. Turun salju
7. Pembentukan gletser
8. Gletser mencair membentuk aliran sungai
9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut
HUJAN TINJAUAN SECARA ILMIAH DAN ISLAMI
sumber : ustadzklimat.blogspot.com
Pengertian :
Siklus air atau siklus hidrologi adalah
siklus yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke
atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi
(evapotranspirasi).
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus.
Pada
perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi
kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh
tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus
hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
- Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke atmosfer dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (presipitasi) dalam bentuk hujan, salju, es.
- Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
- Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
Air permukaan, baik yang
mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air
bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan
berakhir ke laut.
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.
Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu.
Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan millimeter atau inchi namun untuk di Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan millimeter (mm).
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es, yaitu bentuk padat. Dapat pula dalam bentuk aerosol yakni embun atau kabut.
- Hujan gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm
- Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0° Celsius
- Hujan batu es, curahan batu es yang trun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya dibawah 0° Celsius
- Hujan deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0° Celsius dengan diameter ±7 mm.
- hujan sedang/ normal, 20 – 50 mm per hari
- hujan lebat, 50-100 mm per hari
- hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari
a. Hujan Orografi
Hujan ini terjadi karena adanya
penghalang topografi, udara dipaksa naik kemudian mengembang dan
mendingin terus mengembun dan selanjutnya dapat jatuh sebagai hujan.
Bagian lereng yang menghadap angin hujannya akan lebih lebat dari pada
bagian lereng yang ada dibelakangnya. Curah hujannya berbeda menurut
ketinggian, biasanya curah hujan makin besar pada tempat-tempat yang
lebih tinggi sampai suatu ketinggian tertentu.
b. Hujan Konvektif
Hujan ini merupakan hujan yang paling
umum yang terjadi di daerah tropis. Panas yang menyebabkan udara naik
keatas kemudian mengembang dan secara dinamika menjadi dingin dan
berkondensasi dan akan jatuh sebagai hujan. Proses ini khas buat
terjadinya badai guntur yang terjadi di siang hari yang menghasilkan
hujan lebat pada daerah yang sempit. Badai guntur lebih sering terjadi
di lautan dari pada di daratan.
c. Hujan Frontal
Hujan ini terjadi karena ada front
panas, awan yang terbentuk biasanya tipe stratus dan biasanya terjadi
hujan rintik-rintik dengan intensitas kecil. Sedangkan pada front
dingin awan yang terjadi adalah biasanya tipe cumulus dan cumulunimbus
dimana hujannya lebat dan cuaca yang timbul sangat buruk. Hujan ini
terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang
panas. Hujan front ini tidak terjadi di Indonesia karena di Indonesia
tidak terjadi front.
d. Hujan Siklon Tropis
Siklon tropis hanya dapat timbul
didaerah tropis antara lintang 0°-10° lintang utara dan selatan dan
tidak berkaitan dengan front, karena siklon ini berkaitan dengan sistem
tekanan rendah. Siklon tropis dapat timbul dilautan yang panas, karena
energi utamanya diambil dari panas laten yang terkandung dari uap air.
Siklon tropis akan mengakibatkan cuaca yang buruk dan hujan yang lebat
pada daerah yang dilaluinya.
Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis, namun keberadaan siklon tropis di sekitar Indonesia, terutama yang terbentuk di sekitar Pasifik Barat Laut, Samudra Hindia Tenggara dan sekitar Australia akan mempengaruhi pembentukan pola cuaca di Indonesia. Perubahan pola cuaca oleh adanya siklon tropis inilah yang kemudian menjadikan siklon tropis memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia.
Dampak tidak langsung atas adanya siklon tropis dapat berupa berbagai hal, diantaranya yaitu:
1. Daerah pumpunan angin.
Siklon tropis yang terbentuk di sekitar perairan sebelah utara maupun sebelah barat Australia seringkali mengakibatkan terbentuknya daerah pumpunan angin di sekitar Jawa atau Laut Jawa, NTB, NTT, Laut Banda, Laut Timor, hingga Laut Arafuru. Pumpunan angin inilah yang mengakibatkan terbentuknya lebih banyak awan-awan konvektif penyeab hujan lebat di daerah tersebut.
Dilihat dari citra satelit, daerah pumpunan angin terlihat sebagai daerah memanjang yang penuh dengan awan tebal yang terhubung dengan perawanan siklon tropis, sehingga terlihat seolah-olah siklon tropis tersebut mempunyai ekor. Itulah sebabnya daerah pumpunan angin ini seringkali disebut sebagai ekor siklon tropis.
2. Daerah belokan angin
Adanya siklon tropis di perairan Samudra Hindia Tenggara kadangkala menyebabkan terbentuknya daerah belokan angin di sekitar Sumatra bagian Selatan atau Jawa bagian Barat. Daerah belokan angin ini juga dapat mengakibatkan terbentuknya lebih banyak awan-awan konvektif penyebab hujan lebat di daerah tersebut.
Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis, namun keberadaan siklon tropis di sekitar Indonesia, terutama yang terbentuk di sekitar Pasifik Barat Laut, Samudra Hindia Tenggara dan sekitar Australia akan mempengaruhi pembentukan pola cuaca di Indonesia. Perubahan pola cuaca oleh adanya siklon tropis inilah yang kemudian menjadikan siklon tropis memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia.
Dampak tidak langsung atas adanya siklon tropis dapat berupa berbagai hal, diantaranya yaitu:
1. Daerah pumpunan angin.
Siklon tropis yang terbentuk di sekitar perairan sebelah utara maupun sebelah barat Australia seringkali mengakibatkan terbentuknya daerah pumpunan angin di sekitar Jawa atau Laut Jawa, NTB, NTT, Laut Banda, Laut Timor, hingga Laut Arafuru. Pumpunan angin inilah yang mengakibatkan terbentuknya lebih banyak awan-awan konvektif penyeab hujan lebat di daerah tersebut.
Dilihat dari citra satelit, daerah pumpunan angin terlihat sebagai daerah memanjang yang penuh dengan awan tebal yang terhubung dengan perawanan siklon tropis, sehingga terlihat seolah-olah siklon tropis tersebut mempunyai ekor. Itulah sebabnya daerah pumpunan angin ini seringkali disebut sebagai ekor siklon tropis.
2. Daerah belokan angin
Adanya siklon tropis di perairan Samudra Hindia Tenggara kadangkala menyebabkan terbentuknya daerah belokan angin di sekitar Sumatra bagian Selatan atau Jawa bagian Barat. Daerah belokan angin ini juga dapat mengakibatkan terbentuknya lebih banyak awan-awan konvektif penyebab hujan lebat di daerah tersebut.
3. Daerah defisit kelembaban
Bersamaan dengan adanya siklon tropis
di perairan sebelah utara Sulawesi atau di Laut Cina Selatan
seringkali teramati bersamaan dengan berkurangnya curah hujan di
wilayah Sulawesi bagian utara atau Kalimantan. Meskipun belum ada
penelitian lebih lanjut, namun ditengarai bahwa fenomena ini
disebabkan karena siklon tropis tersebut menyerap persediaan udara
lembab yang terdapat dalam radius tertentu di sekitarnya, termasuk yang
terkandung di atmosfer di atas Kalimantan dan Sulawesi bagian utara
sehingga di wilayah ini justru udaranya kering dan kondisi cuacanya
cenderung cerah tak berawan.
Tentang fenomena pembentukan awan dan hujan itu, Alquran pun menjelaskannya secara akurat.
Alquran surat Annur ayat 43 Allah berfirman”Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka, kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan, seperti) gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”
0 on: "Macam Siklus Hidrologi / Siklus Air Pendek, Sedang & Panjang Di Bumi "